PENGEMBANGAN DESAIN KURIKULUM LOKAL
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Kebijakan yang
berkaitan dengan dimasukkannya program muatan lokal (kurikulum berbasis lokal)
dalam Standar Isi dilandasi kenyataan bahwa di Indonesia terdapat beranekaragam
kebudayaan. Sekolah tempat program pendidikan dilaksanakan merupakan bagian
dari masyarakat. Oleh karena itu, program pendidikan di sekolah perlu
memberikan wawasan yang luas pada peserta didik tentang kekhususan yang ada di
lingkungannya. Standar Isi yang seluruhnya disusun secara terpusat tidak
mungkin dapat mencakup muatan lokal tersebut. Sehingga perlulah disusun mata
pelajaran yang berbasis pada muatan lokal .
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan
uraian pada latar belakang di atas, maka masalah utama yang diteliti dalam penelitian
ini ialah “Bagaimanakah mengembangan
desain kurikulum yang berbasis lokal”?
C. Tujuan
Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan
di atas, maka makalah ini bertujuan untuk mendeskripsikan pola pengembangan
kurikulum lokal terkhusus pada muatan lokal.
D. Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai
bahan masukan bagi dosen, guru, mahasiswa, dan semua pihak yang terkait dalam rangka
mengembangkan dan mendesain kurikulum lokal (kurikulum muatan lokal)
BAB II
PEMBAHASAN
DESAIN KURIKULUM
A.
Konsep
Desain Kurikulum Secara Umum
Desain kurikulum menyangkut pola pengorganisasian unsurr-unsur atau
komponen kurikulum. Penyusunan desain kurikulum dapat dilihat dari dua dimensi,
yaitu dimensi horizontal dan vertikal. Dimensi horizontal berkenaan dengan
penyusunan dari lingkup isi kurikulum. Susunan lingkup ini sering
diintegrasikan dengan proses belajar dan mengajarnya. Dimensi vertikal
menyangkut penyusunan sekuens bahan berdasarkan urutan tingkat kesukaran. Bahan
tersusun mulai dari yang mudah, kemudian menuju pada yang lebih sulit, atau
mulai dengan yang dasar diteruskan dengan yang lanjutan.
Berdasarkan pada apa yang menjadi focus pengajaran, sekurang-kurangnya
dikenal tiga desain kurikulum, yaitu:
1.
Subject centered design,
yaitu kurikulum dipusatkan pada isi atau materi yang akan diajarkan. Kurikulum
tersusun atas sejumlah mata pelajaran, dan mata pelajaran tersebut diajarkan
secara terpisah-pisah. Karena terpisah-pisah itu maka kurikulum ini disebut
juga separated subject curriculum.
Subject centered design berkembang
dari konsep pendidikan klasik yang menekankan pengetahuan, nilai-nilai dan
warisan budaya masa lalu, dan berupaya mewariskannya kepada generasi
berikutnya. Karena mengutamakan isi atau bahan ajar atau subject matter tersebut, maka desain kurikulum ini disebut juga subject academic curriculum
2. Learner –centered desaign, Desain ini
berbeda dengan subject centered, yang
bertolak dari cita-cita untuk melestarikan dan mewariskan budaya, dank arena
itu mereka mengutamakan peranan isi dari kurikulum.
Learner centered, memberi
tempat utama kepada peserta didik. Di dalam pendidikan atau pengajaran yang
belajar dan berkembang adalah peserta didik sendiri. Guru atau pendidik hanya
berperan menciptakan situasi belajar-mengajar, mendorong dan memberikan
bimbingan sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Learner centered desaign bersumber dari konsep Rousseau tentang
pendidikan alam, menekankan perkembangan peserta didik. Pengorganisasian
kurikulum didasarkan atas minat, kebutuhan dan tujuan peserta didik.
3. Problem centered desaign
Problem centered desaign berpangkal
pada filsafat yang mengutamakan peranan manusia (man centered). Berbeda dengan learner
centered yang mengutamakan manusia atau peserta didik secara individual, Problem centered desaign menekankan manusia dalam kesatuan kelompok
yaitu kesejahteraan masyarakat
Konsep pendidikan para pengembang model kurikulum ini berangkat dari
asumsi bahwa manusia sebagai mahluk sosial selalu hidup bersama. Dalam
kehidupan bersama ini manusia menghadapi masalah-masalah bersama yang harus
dipecahkan bersama pula. Mereka berinteraksi, berkooperasi dalam memecahkan
masalah-masalah sosial yang mereka hadapi untuk meningkatkan kehidupan mereka.
B.
LANDASAN DAN TINGKATAN DALAM
PENGEMBANGAN KURIKULUM
1.
Landasan
Pada umumnya dalam membina
kurirkulum kita dapat berpegang pada asas-asas berikut:
a.
Asas filosofis
Landasan filosifis
memberikan arah pada semua keputusan dan tindakan manusia, karena filsafat
merupakan pandangan hidup, orang, masyarakat, dan bangsa.
Dalam kaitannya dengan pendidikan filsafat memberikan arah pendidikan seperti hakikat pendidikan, tujuannya, dan bagaiman cara mencapai tujuan. Oleh karena itu,wajar apabila kurikulum senantiasa bertalian erat dengan filsafat pendidikan, karen afilsafat mementukan tujuan yang hendak dicapai dengan alatyang di sebut kurikulum.
Dalam kaitannya dengan pendidikan filsafat memberikan arah pendidikan seperti hakikat pendidikan, tujuannya, dan bagaiman cara mencapai tujuan. Oleh karena itu,wajar apabila kurikulum senantiasa bertalian erat dengan filsafat pendidikan, karen afilsafat mementukan tujuan yang hendak dicapai dengan alatyang di sebut kurikulum.
b.
Asas Psikologis
Asas
ini berkenaan dengan perilaku manusia. Landasan psikologis berkaitan dengan
cara peserta didik belajar, dan faktor apa yang dapat menghmbat kemuan belajar
mereka selain itu psikologis memberikan landasan berpikir tentang hakikai
proses belajar mengajar dan tingkat-ingkat perkembanganpeserta didik. Kurikulum
pada dasarnya disusun agar peerta diik dapat tumbuh dan berkembang dengan baik
ini berarti bahwa kurikulum dan pengajaran yang dilaksanakan dengan
mempertimbangkan peserta didik sebagai peserta utama dlm proses belajar
mengajar akan lebih meningkatkankeberhasilan kurikulum, daripada kurikulum yang
mengabaikan faktor psiklogis peserta didik
c.
Asas Sosiologis
Asas ini berkenaan dengan penyampaian kebudayaan,
proses sosialisasi individu dan rekontruksi masyrakat, Landasan sosial budaya
ternyata bukan hanya semata-mata digunaka dalam mengembangkan kurikulum pada
tingkat nasional, melainkan juga bagi guru dalam pembinaan kurikulum tingakt
sekolah atau bahka tingkat pengajaran
d.
Asas Organisatoris
Asas ini berkenaan dengan organisasi kurikulum. Dilihat
dari organisasinya ada tiga tipe bentuk kurikulum:
1.
Kurikulum yang berisi
sejumlah mata pelajaran yang terpisah-pisah(separated subject curriculum)
2.
Kurikulum yang berisi
sejumlah mata pelajaran yang sejenis di hubung-hubungkan(Correlated curriculum)
3.
Kurikulum yang terdiri dari
peleburan semua/ hampir semua mata pelajaran(integrated curriculum)
2.
Prinsip yang Dianut dalam
Pengembangan Kurikulum
a.
Prinsip relevansi,
Kurikulum dan pengajaran harus disusun sesuai dengan tuntutan kebutuhan dan
kehidupan peserta didik
b.
Prinsip efektifitas,
Berkaitan dengantingkat pencapaian hasil pelaksanaan kurikulum
c.
Prinsip efisiensi,
Berkaitan dengan perbandingan antara tenaga, waktu, dana, dan sarana yang
dipakai dengan hasil yang diperoleh
d.
Prinsip kontinuinitas,
Kurikulum berbagai tingkat kelas dan jenjangpendidikan disusun secara
berkesinambungan
e.
Prinsip
Fleksibilitas,disamping program yang berlakuuntuk semua anak terdapat pula
kesempatan bagi amak mengambil program-program pilihan
f.
Prinsip integritas,
kurikulum hendaknya memperhatiakn hubungan antara berbagai program pendidikan
dalam rangka pembentukan kepribadian yang terpadu
3.
Tingkatan dalam
Pengembangan Kurikulum
a.
Pengembangan tingkatan
institusional
Meliputi kegiatan pengembangan tujuan-tujuan institusional dan
struktur program
b.
Pengembangan tingkatan
bidang studi / mata pelajaran
Setelah bidang-bidang studi di tentukan langkah
selanjutnya ialah mengembangkan GBPP,dengan menempuh langkah sebagai berikut:
a.
Menetapkan tujuan-tujun
kurikuler dan tujuan intruksional umumtiap bidang studi
b.
Mengidentifikasi
topik-topik /pokok bahasan yang diperkirakandapat dijadikan sebagai bahan untuk
dipelajari oleh murid agar mencapai tujuan yang telah dirumuskan
c.
Memilih topik-topik yang
paling relevan, fungsional,efektif dan kemperhensif bagi pencapaian tujuan yang
telah din identifikasikan
d.
Memetapkan metode dan
sumber belajar untuk tiap kelompok pokok bahasan
C.
PENGEMBANGAN
DESAIN KURIKULUM LOKAL (MUATAN LOKAL)
a.
Muatan Lokal
dalam Kurikulum
1.
Pengertian
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu.
KTSP adalah kurikulum ogerasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di
masing-masing satuan pendidikan. KTSP terQIri dari tujuan pendidikan tingkat
satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan,
kalender pendidikan, dan silabus.
Muatan Lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan
kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk
keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata
pelajaran yang ada. Substansi mata pelajaran muatan lokal ditentukan oleh
satuan pendidikan, tidak terbatas pada mata pelajaran keterampilan.
Muatan lokal merupakan bagian dari struktur dan muatan kurikulum yang
terdapat pada Standar Isi di dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan.
Keberadaan mata pelajaran muatan lokal merupakan bentuk penyelenggaraan
pendidikan yang tidak terpusat, sebagai upaya agar penyelenggaraan pendidikan
di masing-masing daerah lebih meningkat relevansinya terhadap keadaan dan
kebutuhan daerah yang bersangkutan. Hal ini sejalan dengan upaya peningkatan
mutu pendidikan nasional sehingga keberadaan kurikulum muatan lokal mendukung
dan melengkapi kurikuiurn nasional.
Muatan lokal
merupakan mata pelajaran, sehingga satuan pendidikan harus mehgembangkan
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk setiap jenis muatan lokal yang
diselenggarakan. Satuan pendidikan dapat menyelenggarakan satu mata pelajaran
muatan lokal setiap semester. Ini berarti bahawa dalam satu tahun satuan
pendidikan dapat menyelenggarakan dua mata pelajaran muatan lokal
Ruang Lingkup
Ruang lingkup
muatan lokal adalah sebagai berikut:
1.
Lingkup
Keadaan dan Kebutuhan Daerah. Keadaan daerah adalah segala sesuatu yang
terdapat didaerah tertentu yang pada dasarnya berkaitan dengan lingkungan alam,
lingkungan sosial ekonomi, dan lingkungan sosial budaya. Kebutuhan daerah
adalah segala sesuatu yang diperlukan oleh masyarakat di suatu daerah,
khususnya untuk kelangsungan hidup dan peningkatan taraf kehidupan masyarakat
tersebut, yang disesuaikan dengan arah perkembangan daerah serta potensi daerah
yang bersangkutan. Kebutuhan daerah tersebut misalnya kebutuhan untuk:
a.
Melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah
b.
Meningkatkan kemampuan dan keterampilan di bidang
tertentu, sesuai dengan keadaan perekonomian daerah
c.
Meningkatkan penguasaan bahasa Inggris untuk keperluan
sehari-hari, dan menunjang pemberdayaan individu dalam melakukan belajar lebih
lanjut (belajar sepanjang hayat)
d.
Meningkatkan kemampuan berwirausaha.
2.
Lingkup isi/jenis muatan lokal, dapat berupa: bahasa
daerah, bahasa Inggris, kesenian daerah, keterampilan dan kerajinan daerah,
adat istiadat, dan pengetahuan tentang berbagai ciri khas lingkungan alam
sekitar, serta hal-ha! yang dianggap perlu oleh daerah yang bersangkutan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Sesuai dengan pembahasan maka dirumuskan kesimpulan sebagai berikut.
1.
Pembelajaran kontekstual merupakan
salah satu pendekatan pembelajaran komprehensif yang menghubungkan langsung
antara materi pelajaran dengan konteks kehidupan nyata di mana siswa berada.
Melalui pembelajaran kontekstual, siswa dapat lebih aktif dan kreatif, dapat
memperoleh pengalaman belajar yang lebih bermakna, dapat menguasai materi
secara mendalam dan luas, serta mengetahui aplikasinya secara langsung dengan
konteks kehidupan sehari-hari. .
B. Saran-Saran
Adapun
manfaat penelitian yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:
1.
Sebagai bahan informasi tentang konsep pembelajaran
kontekstual.
2.
Sebagai bahan pertimbangan bagi guru untuk lebih
meningkatkan efektivitas penerapan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran
menulis.
Memberikan
motivasi kepada siswa untuk lebih meningkatkan kemampuan yang dimiliki dalam
pembelajaran menulis.
DAFTAR PUSTAKA
Cecep R. 2002. Pembelajaran
Kontekstual. Dit. PLP Depdiknas Jakarta.
Jatmiko, B., Widodo, W., dan Wasis. 2001. Evaluasi dalam
Pembelajaran IPA-Fisika. Modul Pelatihan Terintegrasi Guru Fisika. Proyek
JSE-2, Depdiknas. Jakarta .
Nurhadi. 2003. Pembelajaran
Kontekstual. UM Malang .
0 Response to "PENGEMBANGAN DESAIN KURIKULUM LOKAL"
Posting Komentar