PENGAJARAN BERBICARA


BAB I

PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial, sebagai anggota masyarakat, maka setiap individu ditunutut terampilan berkomunikasi,  terampil menyatakan pikiran, gagasan, ide, dan perasaan, manusia dalam kehidupan sehari-hari dituntut untuk terampil berbicara baik itu di luar atau di dalam lingkungan keluarga.
Untuk memiliki kemampuan berbicara tidaklah semudah itu yang dibayangkan, banyak ahli terampil menuangkan gagasannya dalam bentuk  tulisan namun sering mereka tidak terampil menyajikan secara lisan.
Maidar dan Mukti (1988:1) menyatakan bahwa kemampuan berbicara  merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang perlu dimiliki oleh siapa saja.
Berbicara dalam situasi formal dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar memerlukan latihan dan bimbingan yang intensif Oleh guru dan dosen. Mahasisiwa sebagai calon ilmuan yang sering terlibat dalam kegiatan formal, misalnya bertanya dalam kelas, berdiskusi berseminar, berceramah dan berpidato.
Dalam proses belajar mengajar seorang mahasiswa, pelajar dituntut kemampuannya untuk mengemukakan pendapatnya secara lisan, tentunya diharapkan pembicaraannya, terarah, berwawasan dan bermakna. Tarigan dan tarigan. (1988:88) mengatakan bahwa keterampilan berbicara dan kepemimpinan saling mempengaruhi. Orang pintar yang berbicara cenderung maju ke depan. Ia juga cepat menarik perhatian orang. Ia pun mudah berhubungan dan bekerjasama dengan orang lain, apabila seseorang terampil berbicara, maka dapatlah menguasai massa. Pemahaman tentang segala aspek yang berkaitan dengan keterampilan berbicara perlu dilakukan dalam dunia pendidikan, lebih khusus mengenai pembembelajaran berbicara.
B.     Permasalahan
Berdasarkan urai tersebut, maka rumusan permasalahannya adalah:
1.      Apa yang dimaksud berbicara?
2.      Faktor apakah yang menunjang keefektifan berbicara?
3.      Apa sajakah yang mempengaruhi kepasihan berbicara?
4.      Metode apakah yang digunakan dalam pembelajaran berbicara?
5.      Bagimanakah menilai pengembangan bahan ajar?
C.     Tujuan
          Tujuan yang ingin dicapai dalam penyusunan makalah ini, adalah:
1.      Mengemukakan definisi berbicara.
2.      Menguraikan factor yang menunjang keefektifan berbicara.
3.      Menguraikan hal yang mempengaruhi kepasihan berbicara.
4.      Menyampaikan berbagai metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran berbicara.
5.      Menguraikan cara menilai pengembangan bahan ajar.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian dan Tujuan Berbicara
Berbicara adalah keterampilan menyampaikan gagasan kepada orang lain dengan menggunakan media yang berupa smbol-simbol fonetik (Ahmad, 1998:4.10). Oleh karena itu, simbol-simbol fonetis yang merupakan perangkat bunyi-bunyi yang bermakna, maka keterampilan menghasilkan simbol-simbol fonetis saja itu masih belum cukup.
Berbicara adalah proses berfikir dan bernalar. Jadi pembelajaran berbicara dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan berfikir dan bernalar.
Tarigan (1981:15) berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, perasaan dan gagasan. Sebagai perluasan dari pengertian ini, maka dapat kita katakana bahwa berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar dan  yang kelihatan yang memanfaatkan sejumlah otot tubuh manusia demi dan tujuan gagasan-gagasan atau ide-ide yang dikombinasikan, lebih jauh lagi, berbicara merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psokologis, neurologis, semantik dan linguistik sedemikian intensif. Secara luas sehingga dapat dianggap sebagai alat manusia yang paling penting bagi kontrol sosial.
Berbicara yang dilakukan manusia mempunyai tujuan tertentu. Manusia tidak melakukan kegiatan berbicara jika tidak ada tujuan tertentu yang disampaikan kepada orang lain. Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran secara, efektif, maka seyogianyalah pembicara memahami  makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan. Pembicara harus mampu mengevaluasi efek komunikasinya terhadap (para) pendengar.
Apakah sebagai alat sosial ataupun sebagai alat perusahaan mampu profesional, pada dasarnya berbicara mempunyai tiga tujuan umum.
1.      Berbicara untuk melaporkan, untuk memberikan informasi dilaksanakan kalau seorang berkeinginan untuk
a.       memberi dan menanamkan pengetahuan
b.      menetapkan atau menentukan hubungan-hubungan antara benda-benda
c.       menerangkan atau menjelaskan suatu proses
d.      menginterpretasikan atau menasirkan sesuatu persetujuan atau pun penguraian sesuatu tulisan.
2.      Berbicara untuk menghibur.
Tidak ada kegiatan manusia yang lebih menyenangkan yang  telah ditemukan dari pada hiburan atau pertunjukan kelompok. Di dalam sesuatu yang menggembirakan yang dapat dinikmati bersama serta dapat meninggalkan kesenangan pribadi.
Menghibur adalah membuat orang tertawa dengan hal-hal yang dapat menyenangkan hati, menciptakan suatu suasana keriangan dengan cara menggembirakan  yang menimbulkan kebanggaan menjadi anggota kelompok tersebut. Sasaran diarahkan kepada peristiwa-peristiwa kemampuan manusia yang penuh kelucuan dan kegelian yang sederhana. Media yang paling sering digunakan untuk maksud tersebut adalah seni berceritera atau mendongen, lebih-lebih cerita yang lucu, jenaka, dan menggelikan.
Kesempatan-kesempatan bagi pembicaraan yang bersifat menghibur atau persahabatan antara lain:
a.       pidato sambutan selamat datang
b.      pidato perpisahan 
c.       pidato penampilan, perkenalan
d.      pidato atau sambutan dalam pembukaan sesuatu upacara, pemberian ijazah dan lain-lain.
e.       pidato atau sambutan pada saat-saat memperingati hari jadi, hari ulang tahun.
f.       pidato atau sambutan penghiburan, pertunjukan, dan lain-lain.
g.      pidato atau kata-kata pujian tentang seseorang yang telah meninggal dunia.
3.      berbicara untuk meyakinkan.        
Aristoteles pernah mengatakan bahwa “persuasi (bujukan, desakan, peyakinan) adalah seni penanaman alasan-alasan atau motif-motif yang menuntut kearah tindak bebas yang konsekuen”.
Persuasi merupakan tujuan kalau kita mrngingatkan tindakan atau aksi, pembicaan yang bersifat persuasif disampaikan kepada penggemar bila kita menginginkan penampilan suatu tindakan. Tindakan-tindakan serupa itu mungkin merupakan penerimaan suatu pendirian, pungutan atau pengapdosian seperangkat prinsip atau tindakan pelaksanaan tugas-tertentu gas serupa itu.
Apabila aksi tidak dapat diperoleh tanpa kepastian penderian, maka argumentasipun menyejikan bukti-bukti kepada orang-orang intelek sebagai bahan pertimbangan, untuk memperoleh aksi, maka kemauan orang atau pribadi haruslah ditimbulkan untuk memahami serta membayangkan aksi tersebut seperti yang diinginkan.
Sehwab dan Beatty dalam Tarigan (1981:32) menyarankan tujuan cara untuk memperole aksi melalui penarik:
a.       tujuan suatu penawaran: tawarkannlah brosur, contoh, hadiah, harga perdana, percobaan bebas, dan lain-lain.
b.      Batasi waktu: untuk memperlihatkan ke-bonafid-an, untuk menunjukkan bahwa anda dapat dipercaya.
c.       Persediaan terbatasi kalau pilihan atau persediaan hasil terbatas, tekanlah kenyataan ini.
d.      Jaminan atau garansi: kalau hasil itu dijamin, jelaskan bahwa akan diberi jaminan sebab-sebab keterlambatan.
e.       Harga meningkat terus: kalau harga akan  dinaikkan, berikan waktu atau tanggal tertentu kalau memungkinkan.
f.       Penurunan harga: jelaskan perlunya keinginan mengambil keuntungan.
g.      Keuntungan atau kerugian: beri penekanan, keuntungan-keuntungan apa yang diperoleh para pendengar, segera kalau mereka membeli barang tersebut, atau kerugian apa yang diderita kalau mereka tidak memilikinya dalam kehidupan sehari-hari
4.      Berbicara untuk merundingkan
Berbicara untuk merudingkan pada dasarnya bertujuan untuk membuat sejumlah keputusan dan rencana, keputusan-keputusan itu dapat menyangkut hakekat tindakan-tindakan masa lalu atau sifat dan hakekat tindakan-tindakan masa akan datang. Dalam suatu pemeriksaan, pengadilan mencoba menetukan apakah seseorang itu tidak bersalah atau bersalah terhadap tindakannya pada masa lalu sehingga mungkin saja mengambil keputusan. Fakta-fakta diteliti dan ditelaah untuk menentukan apakah keputusan itu benar-benar adil atau tidak. Para partisipan berunding dan berembuk membicarakannya sambil mengambil nasihat, serta mempertimbangkan fakta-fakta yang dikemukakan untuk diambil suatu kebijakan yang bersifat intelektual.
B.     Faktor-Faktor Penunjang Keefektifan Berbicara
Kemampuan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi untuk berekspresi, metempaikan pikiran dan gagasan, agar dapa menyampaikan informasi dengan efektif, pembicara sebaiknya betul-betul memahami isi pembicaranya.
Untuk dapat menjadi pembicara yang baik, seorang pembicara harus memberikan kesan bahwa ia menguasai topik yang dibicarakan, selain itu pembicara harus berbicara dengan jelas dan tepat. Menurut Meidar dan Mukti (1988:17) mengatakan bahwa ada beberapa faktor  yang harus diperhatikan oleh pembicara untuk keefektifan yaitu, faktor kebahasaan  dan faktor non kebahasaan.               
1.      Faktor kebahasaan
a.       Ketepatan ujaran
b.      Penempatan tekanan, nada, seni dan durasi yang sesuai
c.       Pilihan kata
d.       Ketepatan sasaran pembicaraan.
2.      Faktor non kebahasaan
  1. sikap yang wajar, tenang dan tidak kaku
  2. pan dangan harus diarahkan kepada lawan bicara
  3. kesediaan menghargai pendapat orang lain
  4. Gerak-gerak dan mimic yang tepat
  5. Kenyaringan suara yang sangat mentukan   
  6. Kelacaran
  7. Relevansi/penalaran
  8. Penguasaan topik
C.    Beberapa Masalah dalam Mencapai Kepasihan Berbicara Bagi Siswa 
1.      Rintangan
Tidak seperti pembaca, menulis dan menyimak, berbicara memerlukan beberapa tingkatan waktu pembukaan yang jelas kepada pendengar,  pembelajar sering mendapat rintangan untuk percobaan dalam mengetahui sesuatu dengan bahasa asing di keas, kecemasan untuk membuat kesalahan-kesalahan, takut akan kritikan atau kehilangan muka.
2.      Tidak ada bahan yang dapat disampaikan
Kendati pun mereka tidak dihalangi, anda sering mendengar pembelajar mengeluh  bahwa mereka tidak dapat berfikir sesuatu, mereka tidak memiliki motivasi untuk mengekspresikan diri, mereka sendiri memiliki perasaan bersalah mereka untuk berbicara.  
3.      Partisipasi yang rendah atau tidak seimbang
Hanya satu peserta yang dapat berbicara pada suatu waktu, jika dia menjadi pendengar di dalam suatu kelompok yang besar. Ini berarti, bahwa setiap orang memiliki waktu yang sedikit untuk berbicara. Masalah ini ditambah oleh tendensi dari beberapa pembelajar untuk mendominasi ketika yang lain berbicara.  
4.       Penggunaan bahasa ibu
Belajar di dalam kelas oleh sejumlah pembelajaran, bahasa ibu mempunyai beberapa andil, yang mungkin mereka cenderung menggunakannya. Jika mereka berbicara dengan  bahasa ibu, dalam kelompok kecil, maka menjadi sangat sukses untuk mendapatkan pembelajaran, tetapi kurang disiplin un tuk menjaga tujuan bahasa Ur penny (1996 :121).
D.    Metode Pembelajaran Berbicara
Metode pembelajaran berbicara yang baik selalu memenuhi kriteria. Kriteria itu berkaitan dengan tujuan, bahan, pembinaan keterampilan proses, dan pengalanan belajar. Kriteria yang harus dipenuhi oleh metode pembelajaran berbicara antara lain, adalah:
1.      Relevan dengan tujuan pembelajaran     
2.      mengetahui memudahkan siswa memahami materi pengajaran
3.      Dapat mewujudkan pengalaman belajar yang telah dirancang
4.      meransang siswa untuk belajar
5.      mengembangkan siswa untuk belajar
6.      mengembangkan kreativitas siswa
7.      tidak menuntut peralatan yang rumit
8.      mudah dilaksanakan
9.      menciptakan suasana belajar-mengajar yang menyenangkan.
Cara guru mengajar sangat berpengaruh kepada cara siswa belajar. Bila guru mengajar hanya melalui metode ceramah saja, maka dapat diduga hasil berupa pemahaman materi yang bersifat teoritis. Taraf kesiapan siswa dalam belajar di kelas rendah kadar CBSA-nya. Mengajar keterampilan berbicara hendaknya jangan sampai tenggelam dalam penyakit lama, penyakit secara rutin, menonton, tanpa variasi, Budinuryanta dan kawan-kawan (1997:10. 25).
Penulis menyajikan sejumlah metode pembelajaran berbicara, setiap metode akan diuraikan, sehingga mudah dipahami, dan di menghayati serta dapat dipraktekkan dalam pembelajaran berbicara di sekolah.
a.   Ulang ucap
Metode ucapan adalah suara guru atau rekaman suara guru, model pengucapan yang diperdengarkan kepada siswa harus dipersiapkan dengan  teliti. Suara guru harus jelas, intonasi cepat, dan kecepatan berbicara normal. Model ucapan diperdengarkan di depan kelas, siswa mengajarkan dengan teliti lalu mengucapkan kembali sesuai dengan model.
b.  Lihat dan ucapkan
Guru memperlihatkan kepada siswa benda tertentu kemudian siswa menyebutkan nama benda tersebut, benda-benda yang diperlihatkan dipilih dengan cermat disesuaikan dengan lingkungan siswa, bila bendanya tidak ada atau tidak memungkinkan di bawah kelas, benda tersebut5 dapat diganti oleh tiruannya atau gambarnya.
c.       Memeriksa/mendeskripsikan   
Siswa disuruh memperlihatkan suatu benda atau gambar benda, kesibukan lalu lintas, melihat pemadangan atau gambaran di teliti, kemudian siswa diminta memeriksa apa yang dilihatnya secara lisan.
d.      Pertanyaan Menggali
Salah satu cara membuat banyak berbicara adalah pertanyaan menggali, disamping memancing siswa berbicara, pertanyaan menggali juga digunakan untuk menilai kedalaman dan keluasan pemahaman siswa terhadap sesuatu masalah.
e.       Melanjutkan cerita
Dua, tiga atau empat siswa bersama-sama menyusun cerita secara spontan, kadang-kadang guru boleh juga terlibat dalam kegiatan tersebut, misalnya guru menguasai cerita dan cerita itu dilanjutkan siswa pertama, kedua, dan diakhiri dengan siswa berikutnya.
f.       Menceritakan kembali    
Guru menyediakan bahan  yang agak panjang. Bahan itu diberikan kepada siswa untuk dibaca dan dipahami. Kemudian siswa disuruh menceriterakan kembali isi bacaan yang dibacanya.
g.  Percakapan
Percakapan adalah pertukaran pikiran atau pendapat mengenai sesuatu topik antara dua atau lebih pembina Greene & patty dalam Budinuryanta (1997: 10.32). dalam percakapan ada dua kegiatan, yakni menyimak dan berbicara silih berganti, suasana dalam percakapan biasanya akrab, spontan, dan wajar. Topik pembicaraan adalah hal yang diminati bersama. Percakapan merupakan suasan pengembangan keterampilan berbicara.
h.      Parafrase
Paraphrase berarti alih bentuk, misalnya memproseskan isi atau sebaliknya mempuisikan prosa, bila seorang siswa dapat memprosakan suatu puisi dengan baik berarti siswa tersebut dapat mengekspresikan isi puisi tersebut, secara lisan.  Puisi yang akan diperafrasekan dapat dipilih oleh guru agar sesuai dengan kemampuan siswanya.
i.        Reka cerita Gambar
Siswa dapat dipancing berbicara melalui stumulus gambar, guru mempersiakan gambar benda tertentu seperti  binatang, tumbuh-tumbuhan, mobil, kereta api, kapal, dan sebagainya, gambar itu dapat pula sketsa di pasar, stasion, di sawah, pertokoan, dan sebagainya. Siswa diinstruksikan mengamati dan memperhatikan gambar tersebut. hasil pengamatan itu kemudian diungkapkan secara lisan.
j.        Berceritera
Berceritera atau menceritakan suatu ceritera tertentu di depan umum menuntut keterampilan berbicara, gaya berceritera yang menarik, intonasi yang tepat, pengurutan  cerita yang cocok harus dikuasai  benar-benar.
Pertama-tama siswa disuruh memilih cerita yang menarik bagi dirinya dan bagi pendengarnya. Kemudian siswa menguasai isi dan jalan cerita atau menghafalkan cerita itu, setelah itu baru siswa berceritera di depan pendidikan dengarnya. Melalui kegiatan berceritera siswa mengembangkan keterampilan berbicara.       
k.      Bermain peran
 Teknik bermain peran sangat baik dalam mendidik siswa dalam menggunakan ragam-ragam bahasa, cara berbicara orang tua tentu berbeda dengan cara anak-anak berbicara. Cara penjual berbicara berbeda pula dengan cara berbicara pembeli.
Dalam bermain peran, siswa bertindak, berlaku, dan berbahasa sesuai dengan peran orang yang diperankannya. Misalnya sebagai guru, orang tua, polisi, hakim, dokter, dan sebagainya. Setiap tokoh  yang diperankan karakteristik tertentu pula.
l.        Wawancara
Wawancara atau intervieu adalah percakapan dalam bentuk tanya-jawab. Wawancara dapat digunakan sebagai metode pembelajaran berbicara. pada hakekatnya wawancara adalah bentuk kelanjutan dari percakapan. Percakapan dan tanya jawab sudah biasa digunakan sebagai metode pembelajaran berbicara.
m.Diskusi
Diskusi ialah proses pelibatan dua atau lebih individu yang berinteraksi secara verbal tetap muka, mengenai tujuan yang sudah tentu melalui cara tukar menukar informasi untuk memcehkan masalah. Kim dalam Budinuryanta, dan kawan-kawan (1997:10.40). pada hakikatnya diskusi adalah percakapan dalam bentuk lanjut, cara, isi, dan bobot pembicaraan lebih tinggi atau lebih kompleks dari percakapan biasa, berdiskusi berjenis-jenis, misalnya diskusi meja bundar, diskusi kelompok, diskusi panel, simposium, kolom debat, dan lain-lain.
n.      Dramatisasi
Dramatisasi atau bermain drama adalah mentaskan lakon atau cerita. Biasanya cerita yang dilakonkan sudah dalam bentuk drama. Guru dan siswa harus mempersiapkan naskah atau scenario, perilaku, perlengkapan, seperti pakaian, ruangan, dan peralatan lainnya yang diperlukan. Melalui teknik dramatisasi siswa dilatih mengekspresikan  dan pikirannya dalam bentuk lisan.

E.     Penilaian Pengembangan Bahan Ajar Berbicara
Langkah pertama yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam mempersiapkan  pembelajaran berbicara secara impilisit adalah mengajukan dan menjawab pertanyaan berikut:
1.      Apakah tujuan instruksional khusus mencakup tujuan pemebelajaran berbicara
2.      Apakah bahan pembelajaran yang ada dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran berbicara.
3.      Apakah metode sudah cocok untuk pembelajaran berbicara?
4.      Apakah media, saran, dan sumber dapat digunakan utuk pembelajaran berbicara?
5.      Apakah kegiatan belajar mengajar yang sudah direncanakan mencakup kegiatan belajar, mengajar, berbicara?
6.      Apakah alat evaluasi yang sudah disusun mencakup juga penilaian pembelajaran berbicara?
Bila ingin mengecek ketepatan penyusunan tujuan instruksional khusus pembelajaran berbicara maka seortang guru harus menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:
1.      Apakah tujuan insturksional khusus itu merupakan hasil belajar?
2.      Apakah tujuan instruksional khusus sudah dirumuskan secara spesifik?
3.      Apakah satu tujuan instruksional khusus hanya mencakup satu hasil belajar?
Penilaian berbicara tidak begitu sukar. Hampir semua pokok bahasan berbicara otomatis baik apabila memenuhi persyaratan:
1.      Sesuai kurikulum atau GBPP
2.      Sesuai dengan tujuan instruksional khusus
3.      Sudah dikembangkan oleh guru
4.      Taraf kesukarannya sejajar dengan keterampilan siswa
Metode yang digunakan dalam pembelajaran harus memenuhi persyaratan:
1.      Relevan dengan tujuan instruksional khusus
2.      Cocok dengan bahan
3.      Menggalakkan pembelajaran berorientasi pada siswa
4.      Membina keterampilan proses
5.      Memudahkan siswa memahami materi pembelajaran.
Pertanyaan yang dapat diajukan untuk mengetahui apakah penilaian yang telah disusun sudah baik atau belum, antara lain:
1.      Sesuai bentuk dan jenis pertanyaan yang diajukan dengan karakteristik keterampilan berbicara?
2.      Apakah alat evaluasi yang disusun benar-benar mengukur pencapaian tujuan instruksional khusus?
3.      Apakah alat evaluasi yang diajukan, penjejangannya benar?
Penilaian terhadap pelaksanaan pembelajaran berbicara dilakukan pada saat pengajaran berlangsung ke kelas. Pada saat itulah guru mencoba mewujudkan segala sesuatu yang telah direncanakannya. Penilaian pelaksanaan pengjaran berbicara diawali dengan:
1.      aktivitas belajar siswa
2.      relevan kegiatan belajar dengan tujuan pengajaran
3.      pengembangan keterampilan proses
4.      pengembangan konsep, sikap, dan nilai serta keterampilan.
Ukuran yang biasa diterapkan untuk menilai apakah suatu pengalaman belajar baik atau tidak adalah butir-butir berikut:
1.      pengalaman belajar relevan dengan tujuan pengajaran,
2.      pengalaman belajar membina keterampilan proses,
3.      pengalaman belajar mengaktifkan siswa.
Pertanyaan yang pantas diajukan sehubungan dengan penilaian pembelajaran berbicara, antara lain seperti:
1.      Apakah pelaksanaan penilaian sesuai dengan yang direncanakan?
2.      Apakah penilaian itu benar-benar mengukur pencapaian Tujuan Instruksional Khusus?
3.      Apakah penjenjangan sosial penilaian yang digunakan sudah benar?
4.      Apakah bentuk dan jenis tes yang digunakan sesuai dengan karakteristik?
Apabila semua pertanyaan tersebut  dijawab ya, maka berarti pengembangan bahan ajar berbicara, sudah lengkap. Jika ternyata pertanyaan itu masih dijawab tidak maka guru harus menyempurnakan, melengkapi, atau memodofikasinya, sehingga bahan ajar berbicara dapat dimaksimalkan.


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan pada makalah di atas dapat disimpulkan:
1.  Berbicara merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psokologis, neurologis, semantik dan linguistik sedemikian intensif.
2.      Faktor faktor  yang harus diperhatikan oleh pembicara untuk keefektifan yaitu, faktor kebahasaan  dan faktor non kebahasaan. Faktor kebahasaan , meliputi: ketepatan ujaran, penempatan tekanan, nada, seni dan durasi yang sesuai, pilihan kata, dan ketepatan sasaran pembicaraan. Faktor non kebahasaan, meliputi: sikap yang wajar, tenang dan tidak kaku, pandangan harus diarahkan kepada lawan bicara, kesediaan menghargai pendapat orang lain, gerak-gerak dan mimik yang tepat, kenyaringan suara yang sangat mentukan, kelacaran, relevansi/penalaran, dan penguasaan topic.
3.      Hal yang mempengaruhi kepasihan berbicara adalah rintangan seperti percobaan dalam mengetahui dan menyatakan sesuatu dengan bahasa asing di kelas, kecemasan untuk membuat kesalahan-kesalahan, takut akan kritikan atau kehilangan muka. Tidak ada bahan yang dapat disampaikan.  Partisipasi yang rendah atau tidak seimbang, dan  penggunaan bahasa ibu.
4.      Metode yang digunakan dalam pembelajaran berbicara yang sering dilakukan di sekolah, antara lain: ulang ucap, lihat dan ucapkan, memeriksa/mendeskripsikan, pertanyaan menggali, melanjutkan cerita, menceritakan kembali, percakapan, parafrase, reka gambar, bercerita, bermain peran, wawancara, diskusi, dan dramatisasi.
5.      Penilaian pengembangan bahan ajar berbicara dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang berkaitan: persiapan pembelajaran, ketepatan TIK, penggunaan alat penilaian, metode yang digunakan, dan penilaian berbicara.
B. Saran-Saran
1. Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dengan tujuan meningkatkan keterampilan berbahasa meliputi menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Agar pembelajaran lebih lancer maka guru harus memahami teori dan penerapan keempat keterampilan tersebut.
2. Kepada guru diharapkan memperbanyak latihan berbicara kepada siswa untuk mengurangi halangan/rintangan menuju kepasihan berbicara.
3. Metode pembelajaran berbicara seyogianya disampaikan secara bervariasi tidak monoton agar pembelajaran efektif, kreatif, dan menyenangkan.




Daftar Pustaka

Ahmad Rofiuddin dkk, 1998. Interaksi Belajar Mengajar bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan  dan Kebudayaan .

Budinuryanta dkk. 1999. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa (Modul 1-9) Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.    

Meidar & Mukti, 1988. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Tarigan, Hendry Guntur. 1981. Berbicara Sebagai sesuatu keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

----------- 1986. Teknik Pembelajaran Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.


Ur. Petty, 1996. A  Course in Language Teaching: Practice And Theory  Cambridge: University Press.  

0 Response to "PENGAJARAN BERBICARA"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel